Biologi laut adalah ilmu yang mempelajari kehidupan di laut beserta interaksi dengan lingkungannya. Keragaman jenis organisme pada perairan laut sangat tinggi sehingga melalui pengetahuan tentang biota laut dapat mengetahui dan dapat mengklasifikasikannya. Organisme pada zona perairan bentik juga memiliki manfaat jika adanya tindakan pengelolaan yang baik contohnya bentos.[1]
Zona bentik merupakan lapisan yang lebih dekat dengan bagian bawah badan air. Organisme yang hidup di daerah bentik dikenal sebagai “benthos”. Zona bentik memiliki sumber daya yang lebih rendah, suhu rendah, tingkat oksigen terlarut rendah, tingkat intensitas cahaya rendah di banding dengan zona pelagic. Hampir semua makhluk hidup di zona bentik adalah hewan sessile (menetap). Pada komunitas zona bentik biasanya didukung oleh detritus yang melayang dari lapisan atas yang di dominasi oleh organisme detritivor (tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri) dan pemulung.
Di dalam perairan laut terdapat berbagai macam organisme yang memiliki ukuran bermacam-macam. Beberapa diantaranya berupa bentik atau bentos. Bentik adalah organisme perairan yang sebagian besar atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan. Bentos dibedakan menjadi 3 yaitu: makrobentos, meiobentos, dan mikrobentos. Makrobentos terdiri dari epifauna dan infauna. Infauna sering mendominasi komunitas substrat yang lunak dan melimpah di daerah subtidal sedangkan epifauna terdapat pada semua substrat, akan tetapi lebih banyak hidup di daerah yang memiliki substrat yang keras seperti di daerah intertidal (pasang surut). Organisme ini ada yang hidup melekat (sesil), merayap atau bergerak bebas. Keanekaragaman organisme bentik disebabkan karena adanya dominasi substrat-substrat tertentu sehingga memunculkan jenis-jenis bentos yang homogen.
Dalam menentukan jenis dan jumlah organisme bentik di suatu perairan dapat dilihat melalui tipe substrat dalam perkembangan komunitas organisme bentik. Pada substrat berupa lumpur maupun pasir biasanya mengandung sedikit oksigen sehingga organisme yang hidup harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Reproduksi tinggi pada organisme bentik tersebut menunjukan bahwa organisme tersebut memiliki kemampuan beradaptasi untuk berkembangbiak dalam mempertahankan populasinya. Dukungan akibat tidak adanya aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam memanfaatkan kekayaan jenis biota laut, khususnya jenis bentos pada zona bentik menyebabkan tingginya jenis organisme bentos di suatu daerah atau lokasi tertentu. Selain itu, organisme bentik juga sangat di dukung dengan adanya substrat. Hal ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan habitat, aktivitas, dan keanekaragaman hewan bentik.[2]
Indeks keanekaragaman ditentukan oleh jumlah individu masing-masing spesies sehingga sangat menentukan indeks keanekaragaman. Keanekaragaman spesies pada suatu habitat cenderung akan tinggi apabila individu yang ada pada suatu habitat menyebar secara merata dan masih alami tanpa adanya campur tangan manusia. Namun pada daerah yang banyak terdapat aktivitas yang dilakukan penduduk, memiliki indeks keanekaragaman rendah karena penduduk memanfaatkan jenis organisme bentik sehingga ekosistem mengalami gangguan baik fisik maupun biologis.
Padang lamun merupakan salah satu komoditas terpenting yang mendukung kehidupan berbagai organisme bentik yang merupakan tempat mencari makan, bertelur, memijah. Lamun membentuk habitat dengan produktifitas yang sangat tinggi dilaut. Salah satu kelompok biota laut yang berperan penting dalam ekosistem lamun adalah makrozoobentos. Organisme bentik memegang peran penting dalam siklus rantai makanan.[3]
Indeks dominasi menunjukkan sejauh mana suatu kelompok organism bentik mendominasi kelompok lain. Adanya makrozoobentos memiliki daya adaptasi dan kemampuan untuk bertahan hidup di suatu tempat. Substrat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi komposisi komunitas makrozoobentos dan peran relative lingkungan, persaingan, predasi dan kesempatan pada organisme bentik.[4]
Sebagai organisme dasar perairan, bentos mempunyai habitat yang relative tetap. Dengan sifatnya yang demikian, perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Penggambaran spesies non-asli yang disengaja dapat juga menimbulkan masalah ekologis.[5]
[3] Litaay, dkk. Makrozoobentos Yang Berasosiasi Dengan Padang Lamun Diperairan Pulau Barrang Lompo, Makassar, Sulawesi Selatan. 2007 Vol 8(4): 299
[4] Gogina, et al. Distibution of Benthic Macrofaunal Communities In the Western Baltic Sea With Regard to Near-Bottom Environmental Parameters. Germany, 2010 Vol 79:112-123
[5] Carolyn, et al. Stable Isotope Patterns of Benthic Organisms The Great Lakes Region Indicate Variable Dietary Overlap of Diporeia spp. And Dreissenid Mussels. USA. 2014 Vol 71:1784-1795